Jumat, 25 Mei 2012

BIOLOGI:Teori Asal Usul Kehidupan


BIOLOGI:Teori Asal Usul Kehidupan

1. Teori Abiogenesis (Generatio spontanea)

Teori : Kehidupan terjadi secara spontan dari benda mati.

Para pendukung:
a) Aristoteles
Beliau mengamati ikan-ikan yang hidup di air, ia melihat ikan tertentu keluar dari lumpur. Menurutnya, ikan-ikan berasal dari lumpur.

b) Nidham
Beliau merebus air kaldu kemudian memasukkannya ke dalam botol, lalu menutup rapat botol tersebut dengan gabus. Ternyata, beberapa hari kemudian muncul bakteri. Nedham menyimpulkan bahwa, bakteri berasal dari kaldu. Padahal, Nidham hanya merebus kaldunya tidak dengan botolnya, dapat disimpulkan bahwa, bakteri berasal dari botol yang tidak steril.

c) Antonie Van Leeuwenhoek
Dengan mikroskop penemuannya, beliau menemukan benda-benda aneh yang terdapat dalam setetes air rendaman jerami.

2. Teori Biogenesis

Teori : Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo (semua kehidupan yang ada, berasal dari kehhidupan sebelumnya).

Para pendukung:
a) Francesco Redi (1626-1697)
Beliau melakukan percobaan dengan memasukkan daging ke dalam wadah yang terbuka, dan ke dalam wadah yang tertutup kain kassa. Pada wadah terbuka, belatung muncul dari daging, sedangkan pada wadah tertutup kain kassa, belatung terdapat pada kain kassa. Beliau menyimpulkan belatung berasal dari telur yang ditinggalkan oleh lalat.

b) Lazzaro Spallanzani (1729-1796)
Percobaannya adalah memasukkan kaldu yang sudah direbus ke dalam tabung yang sedang direbus. Lalu setelah beberapa hari, muncul mikroorganisme yang disimpulkan berasal dari udara, karena tabung tersebut tidak ditutup rapat.

c) Louis Pasteur (1822-1895)
Pecobaan yang dilakukannya adalah dengan merebus kaldu di dalam tabung yang lehernya berkelok-kelok seperti leher angsa. Tujuannya adalah agar bakteri terperangkap/menempel di leher tabung, tetapi masih ada kontak antara kaldu dengan udara. Hasilnya setelah beberapa hari, tidak ada bakteri yang muncul. Beliau menyimpulkan bahwa bakteri bukan berasal dari kaldu dan juga bukan berasal dari udara. Dari percobaannya ini, lahirlah teori biogenesis yang berhasil menjadikannya sebagai father of biogenesis.

Sinopsis Novel Layar Terkembang


Raden Wiraadmadja memiliki dua orang anak gadis yang sifatnya sangat berbeda, yaitu Tuti dan Maria. Anak pertamanya, Tuti, adalah seorang gadis yang pembawaannya selalu serius sehingga gadis itu cenderung pendiam. Namun, ia sangat berpendirian teguh dan aktif dalam berbagai organisasi wanita. Ia bahkan aktif dalam memberikan orasi-orasi tentang persamaan hak kaum wanita. Pada saat itu, semangat kaum wanita sedang bergelora sehingga mereka mulai menuntut persamaan hak dengan kaum pria. Anak keduanya adalah Maria. Ia memiliki sifat yang lincah, sangat periang, dan bicaranya ceplas-ceplos. Itulah sebabnya, semua orang yang berada di dekatnya pasti akan menyenangi kehadirannya.

Pada suatu sore, kedua kakak beradik itu berjalan-jalan ke sebuah pasar ikan. Ketika mereka sedang melihat ikan-ikan dalam akuarium, mereka berkenalan dengan seorang pemuda tampan yang bernama Yusuf. Ia adalah seorang mahasiswa kedokteran. Ketika pulang, Yusuf mengantarkan kedua gadis itu sampai ke rumah mereka.

Sejak pertemuan pertama, Yusuf selalu membayangkan wajah Maria. Senyum dan tingkah Maria yang periang membuat pemuda itu merasa senang berada di sampingnya.
Takdir kembali mempertemukan Yusuf dengan Maria dan kakaknya di depan hotel Des Indes. Dengan senang hati, Yusuf mengantar kedua kakak beradik itu berjalan-jalan. Setelah pertemuan tersebut, Yusuf jadi sering berkunjung ke rumah mereka. Beberapa waktu kemudian Yusuf dan Maria sepakat menjalin hubungan cinta kasih.

Sementara itu, Tuti yang melihat hubungan cinta kasih adiknya, sebenarnya berkeinginan pula untuk memiliki seorang kekasih. Apalagi setelah ia menerima surat cinta dari Supomo. Namun karena pemuda itu bukanlah idamannya, ia tolak. Sejak itu, hari-harinya disibukkan dengan kegiatan organisasi dan melakukan kegemarannya membaca buku sehingga sedikit melupakan angan-angannya tentang seorang kekasih.

Pada suatu hari keluarga Raden Wiraatmadja dikejutkan oleh hasil diagnosis dokter yang menyatakan bahwa Maria mengidap penyakit TBC. Semakin hari kesehatan gadis itu semakin melemah sekalipun ia telah menjalani perawatan intensif. Maria yang periang dan lincah seperti kehilangan semangat hidupnya. Hal ini membuat Yusuf merasa sedih. Pemuda itu mendampingi kekasih hatinya dengan setia. Namun penyakit TBC yang diderita Maria semakin hari semakin parah sehingga tak lama kemudian Maria pun meninggal dunia. Sebelum ia menghembuskan napasnya yang terakhir, ia meminta Yusuf untuk menerima kakaknya sebagai penggantinya.
Setelah Maria meninggal dunia, Tuti dan Yusuf menjalin hubungan kasih. Mereka pun sepakat untuk menikah.

Sinopsis Novel Sungai


Setiap kali menyeberangi sungai, Sersan Kasimmerasakan suatu keharuan mendenyutkan jantungnya.Seolah-olah ia berpisah dengan sesuatu, sesuatu dalamhidupnya. Makin besar sungai itu, makin besar pulakeharuan yang menggetarkan sanubarinya.Kini, kembali ia akan menyeberangi sebuahsungai. Sekali ini bukan sungai kecil, melainkan salahsatu sungai yang terbesar di Jawa Tengah, SungaiSerayu.Sersan Kasim adalah Kepala Regu 3, Peleton2 dari kompi TNI terakhir yang akan kembali kedaerah operasinya di Jawa Barat. Tentara Belandatelah menduduki Yogya, persetujuan gencatansenjata telah dilanggar, dan Republik tidak merasaterikat lagi oleh perjanjian yang sudah ada.Jam satu malam cuaca gulita dan murung,hujan turun selembut embun namun cukupmembasahkan. Hati-hati Kasim memimpin anakbuahnya menuruni tebing yang curam dan licin.la sendiri berjalan sangat hati-hati, menggendongbayi pada panggulnya, sebelah kiri. Dari bahu kananbergantung sebuah sten. Hanya samar-samarmatanya yang terlatih melihat orang berjalan didepannya. Untuk memudahkan penglihatan, tiaptiapprajurit yang kurang baik matanya, memasangsepotong cendawan yang berpijar pada punggungkawan yang berjalan di mukanya.Sepuluh bulan yang lalu, pada bulan Februari1948, Sersan Kasim juga menyeberangi Sungai Serayudengan kompinya. Tatkala itu mereka berjalan ke arahtimur. Persetujuan Renville telah ditandatangani danpasukan-pasukan TNI harus hijrah dari kantongkantongdalam wilayah de facto Beianda. Banyak diantara bintara dan prajurit yang membawa serta anakistrinya.Ketika itu Sersan Kasim telah setengah tahunmenikah. Istrinya yang belia sudah lima bulanmengandung. Namun ia memaksa mengikuti suaminyake wilayah kekuasaan Republik. Pernah terpikir olehKasim untuk menitipkan istrinya kepada mertuanyadi Pager Ageung. Tapi tidak sempat, lagi pula Aminahtak mau ditinggalkan. la bersitegang hendak ikut. Dansiapa yang dapat bertahan terhadap sifat keras kepalawanita yang mengandung?Dua bulan setelah mereka tiba di Yogya, Acepdilahirkan. Matanya hitam tajam, meskipun badannyasangat kecil, dan rambutnya lebat seperti hutan diPriangan. Tapi untuk melahirkan anaknya, Aminahtelah menggunakan sisa-sisa tenaga rapuhnya yangterakhir. Ia meninggal sehari kemudian karenakepayahan. Acep dapat dipertahankan hidupnyaberkat rawatan khusus para dokter dan juru rawatdi rumah sakit tentara.Kini Sersan Kasim berjalan kembali ke Jawa Barat.Kali ini jarak Yogya Priangan Timur harus merekatempuh dengan berjalan. Tidak ada truk Belandayang mengangkut, tidak ada kereta api Republik yangmenjemput. Mereka berjalan kaki, menempuh jaraklebih dari 300 kilometer, turun lembah, naik gunung,menyeberangi sungai kecil dan besar.Akhirnya mereka tiba kembali di tepian SungaiSerayu, akan tetapi jauh di hulu, di kaki pegunungandaerah Banjarnegara. Kini tiada jembatan, tiadatitian. Mereka harus terjun ke dalam air.Perlahan-lahan Sersan Kasim menuruni tebingyang curam. Ia menggigil dilanda angin pegunungandari seberang lembah. Dengan cermat dia perbaikiletak selimut berlapis dua yang menutupi Acepdalam gendongan Acep, biji matanya, harapan idamidamannya.Kemudian, dengansatu gerakan dia usapair hujan pada wajahnya sendiri. la menggigil lagi.Iring-iringan sekonyong-konyong berhenti. Prajuritdi depannya juga menggigil. Mereka menggigilberdekat-dekatan.Kemudian ada pesan dari depan."Kepala Regu kumpul," dibisikkan dari mulut kemulut. Kasim berjalan ke muka. Komandan Peletonsudah menanti di depan Regu I. Mereka menerimainstruksi mengenai penyeberangan.Menurut intelligence, musuh menjaga tepiansana dengan kekuatan satu kompi. Sungai diaviasimulai bagian yang airnya setinggi perut. Karenaitu pasukan akan menyeberangi lebih ke hilir. Adakemungkinan air mencapai dada. Perintis telahmenyiapkan tali untuk berpegangan."Ada pertanyaan?" tanya Komandan Peleton.Tak ada yang menyahut Samar-samar SersanKasim melihat pandangan Komandan tertujukepadanya."Bagaimana bayimu?" tanya Komandan."Tidur Pak," jawab Kasim singkat."Kalau pikiranmu berubah, masih ada waktuuntuk menitipkannya kepada barisan keluarga."Kasim tak segera menjawab. Sebentar pikirannyamelayang kepada para wanita dan kanak-kanakyang dititipkan kepada Pak Lurah dan pendudukKarangboga. Kalau situasi aman, mereka akandiseberangkan sedikit demi sedikit oleh rakyat.Mereka akan dijemput oleh satu regu di seberangsungai setelah diberitahu oleh kurir."Sersan Kasim tinggal. Lainnya bubar," kataKomandan menembus kesepian. Kepala regu lainnyakembali kepada anak buahnya.Lagi Kasim merasa pandangan Komandantertuju kepadanya dan kepada anaknya. Kasim tahuapa arti pandangan itu. Ya, ia tahu apa bertanya,apakah ia menyadari dapat membawa kebinasaanbagi lebih dari seluruh kompi. Bahwa bayinya, siAcep, dapat membahayakaan jiwa lebih dari seratusorang prajurit. Itulah yang tersirat dalam pandanganKomandan.Pandangan komandan itu seolah berkata-kata"Ingatlah Kompi 3 batalyon B yang kehilangan 16prajurit dan 10 keluarga, karena serangan mendadakoleh musuh. Hanya karena seorang bayi menangis.Tangis yang dengan cepat menular pada beberapaanak kecil lainnya".Samar-samar sersan Kasim mendengar derausungai di bawah. Dia bayangkan kesunyian malamyang aman dirobek-robek oleh letusan senjata. Diabayangkan kompinya terjebak di tengah-tengahsungai, tak berdaya.Tatakala itu Acep bergerak-gerak dalamgendongan bapaknya. Kasim merasa anaknya menyusup-nyusupkan kepala ke dadanya, ke ketiaknya,seakan-akan mencari perlindungan yang lebih aman.Rasa sayang membual keluar dan menyesakkankerongkongan Kasim. Anakku yang tak sempatmengenal ibunya, pikirnya. Anakku yang disusui olehbotol. Dan kini dia harus dititipkan pada orang lain!Untuk berapa lama? Dan amankah ia dalam asuhanorang lain. Akan selamatkah dibawa orang asing dalampenyeberangan nanti? Anak lelaki titipan satu-satunya,pusat rasa yang sehalus-halusnya, peniggalan istrinyayang setia dan keras hati. Cucu yang akan dibawanyasebagai oleh-oleh untuk orangtuanya di Garut, untukmertuanya di Pager Ageung, sebagai tandamata anakdan menantu yang meninggal.Sersan Kasim membelai anaknya dalamgendongan,"Saya minta izin membawanya," katanya."Kau yakin dia tidak menangis?""Insya Allah, tidak.""Baik kalau begitu. Hati-hati saja.""Siap, Pak. Terima kasih."Ketika giliran peletonnya untuk menyebarang,Kasim mengigil lebih keras lagi. Bukan hanyakarena hujan tambah keras turun. Bukan hanyakarena angin pegunungan yang menembus sela-selarusuknya. Ia juga mengigil karena Acep mulai resahdalam gendongannya. Air hujan sudah merembesmasuk mengenai kulitnya dan ia mulai menggeliatgeliatkebasahan dan kediginan.Sersan Kasim mulai memegang tali yangterentang dari tepi ke tepi. Air membasahi kakinya,membasahi celananya, membasahi sebagian bajunya,menjilat-jilat gendongan anaknya. la mulai repotmeninggikan anak dan senjatanya bersama-sama.Pada suatu saat ia terperosok ke dalam lubangpada alas sungai dan ia terhuyung-huyung dilandaarus yang deras dan dingin. Air mencapai dada,merendam anaknya. Dan tiba-tiba Acep menangis.Acep menangis.Melolong-lolong.Merobek-robek kesunyian malam dari tebingke tebing. Suaranya tajam menyayat hati. Menyayathati bapaknya, hingga sesak bagaikan tak dapatbernapas.Di hulu sungai sebuah peluru kembang apiditembakkan ke udara. Malam jadi terang benderang.Seluruh kompi menahan napas. Masing-masingterpaku pada tempatnya. Peleton 1 di seberangsana. Peleton 3 di seberang sini, sedangkan Peleton2 di tengah-tengah sungai. Di tengah-tengah Peleton2 itulah Acep menangis pada dada bapaknya.Tak ada orang yang mengetahui dengan pasti,apa yang terjadi dalam beberapa menit, yang terasaseperti berjam-jam. Juga Sersan Kasim tidak sadar.Ia hanya tahu, anaknya menangis, setiap saat musuhdapat menumpas mereka dengan senapan mesindan mortir di bawah cahaya peluru kembang apiyang telah mereka tembakkan. Seluruh kompimemandang kepada dia bergantung kepada dia.Nasib seluruh kompi tertimpa pada bahunya.Sejurus kemudian suara Acep meredup. Sesaatlagi lenyap sama sekali.Sunyi turun kembali ke bumi, berat menekan didada sekian puluh lelaki yang jantungnya berdegupseperti bedug ditabuh bertalu-talu. Kembang apidi langit mulai mati, dan kelam mulai menyelimutikembali suasana di lembah sungai itu. Kini yangterdengar hanya derau air yang tak putus-putusnyaditingkah oleh kwek-kwek-kwek katak di tepian.Beberapa menit kemudian kompi menghela napaslega dan selamat tiba di seberang.Keesokan harinya, pada waktu fajar merekah,kompi menunda perjalanannya sementara waktu,meskipun masih terlalu dekat kepada kedudukanmusuh. Mereka berhenti pada sebuah desa. Dengandiantara oleh Pak Lurah dan banyak di antarapenduduk, mereka berkumpul di pinggir desa. Disana, dalam upacara yang singkat, Acep diturunkanke liang kubur. Kemudian semua mata tertuju kepadasosok tubuh Sersan Kasim yang berjongkok dihadapan pusara kecil yang baru ditimbun. Kepalanyaterkulai, menunduk.Akhirnya ia berdiri dan memandang dengan raguraguberkeliling. Kesedihan yang dalam, jelas terukirpada wajahnya. Baju seragamnya tampak kuyup hinggalehernya. Komandan kompi tampil ke muka. Ia menghampiriKasim. la menggenggam tangan kanan sersannyadalam kedua belah tangan. Matanya merah, tidakhanya kurang tidur. Dalam angan-angannya terbayangNabi Ibrahim, yang siap mengorbankan putranya. Tapiia tak berkata apa-apa.Setengah jam kemudian, kompi melanjutkanperjalanannyapada punggung bukit yang sejajar dengantebing sungai. Matahari telah naik, menghalau kabut kemana-mana, memanasi bumi yang lembab oleh hujansemalam. Di tengah-tengah barisannya Sersan Kasimberjalan dengan sten tergantung sunyi pada bahunya.Jauh di bawah, di lembah yang dalam, Sungai Serayusayup-sayup menderau. Keharuan yang luar biasa kinimeluap-luap dalam dada Sersan Kasim, membanjir,menghanyutkan. Dan ia berjalan terus.Dan di bawah, sungai mengalir terus.Sumber: Kumpulan Cerpen Rasa
Sayange,1998.

Sinopsis Novel Siti Nurbaya


Dengan maksud yang licik Datuk Maringgih meminjamkan uangnya pada Baginda Sulaiman. Berkat pinjangan uang dari Datuk Maringgih tersebut, usaha dagang Baginda maju pesat. Namun sayang, rupanya Datuk Maringgih menjadi iri hati melihat kemajuan dagang yang dicapai oleh Baginda Sulaiman ini, maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yanglainnya Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Dan toko Bagindapun habis terbakar. Akibatnya Baginda Sulaiman jauh bangrut dan sekligus dengan hutang yang menunpuk pada Datuk Maringgih.
Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih hutangnya kepadanya. Jlas, tentu saja Baginda Sulaiman tidak mempu membayarnya. Hal ini memang sengaja oelh datuk Maringgih, sebab dia sudah tahu pasti bahwa Baginda Sulaiman tidak mampu membayarnya. Dengan alasan hutang tersebut, Datuk Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Siti Nurbaya, Putri Baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih. Kalau tawaran Datuk Maringgih ini diterima, maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan berat hati, akhirnya Siti Nurbaya diserahkan untuk menadi istri Datuk Maringgih.
Waktu itu Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya sedang menuntut ilmu di Jakarta. Namun begitu, Samsul Bahri tahu bahwa kekasihnya diperistri oleh orang lain. Hal tersebut dia ketahui dari surat yang dikirim oleh Siti Nurbaya kepadanya. Dia sangat terpukul oleh kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam pada Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yangmenimpa keluarganya.
Tidak lama kemudian, ayah Siti Nurbaya jatuh sakit karena derita yangmenimpanya begitu beruntun. Dan, kebetulan itu Samsulbahri sedang berlibur, sehingga dia punya waktu untuk mengunjungi keluarganya di Padang. Di samping kepulangnya kekampung pada waktu liburan karena kangennya pada keluarga, namun sebenarnya dia juga sekaligus hendak mengunjungi Siti Nurbaya yang sangat dia rindukan.
Ketika Samsulbahri dan Siti Nurbaya sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Datuk Maringgih di depan mereka. Datuk Maringgih begitu marah melihat mereka berdua yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih dia pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak-teriak keras hingga terdengar oleh ayahnya di rumah yang sedang sakit keras. Mendengar teriakan anak yang sangat dicinatianya itu, dia berusaha bangun, namun karena dia tidak kuat, ayah Siti Nurbaya kemudian jatuh terjerembab di lantai. Dan rupanya itu juga nyawa Baginda Sulaiman langsung melayang.
Karena kejadian itu, Siti Nurbaya oleh datuk Maringgih diusir, karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya danm tinggal bersama bibinya. Sementara Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya. Siti Nurbaya menyusul kekasihnya ke Jakarta, naumun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut.
Rupanya, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya sberikutnye menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya bahwa dia ke Jakarta telah membawa lari emasnya atau hartanya.
Samsulbahri berusaha keras meolong kekasihnya itu agar pihak pemerintah mengadili Siti Nirbaya di Jakarta saja, bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun usahanya sia-sia, pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang. Namun karena tidak terbukti Siti Nurbaya bersalah akhirnya dia bebas.
Beberapa waktu kemudian. Samsulbahri yang sudah naik pangkat menjadi letnan dikirim oleh pemerintah ke Padang untuk membrantas para pengacau yang ada di daerah padang. Para pengacau itu rupanya salah satunya adalah Datuk Maringgih, maka terjadilah pertempuran sengit antara orang-orang Letnan Mas (gelar Samsulbahri) dengan orang-orang Datuk Maringgih. Letnan Mas berduel dengan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih dihujani peluru oleh Lentan Mas, namun sebelum itu datuk Maringgih telah sempat melukai lentan Mas dengan pedangnya. Datuk Maringgih meninggal ditempat itu juga, sedangkan letan mas dirawat di rumah sakit.
Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang yang sangat melanggar adat istiadat dan memalukan itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia. Namun, sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
Dengan maksud yang licik Datuk Maringgih meminjamkan uangnya pada Baginda Sulaiman. Berkat pinjangan uang dari Datuk Maringgih tersebut, usaha dagang Baginda maju pesat. Namun sayang, rupanya Datuk Maringgih menjadi iri hati melihat kemajuan dagang yang dicapai oleh Baginda Sulaiman ini, maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yanglainnya Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Dan toko Bagindapun habis terbakar. Akibatnya Baginda Sulaiman jauh bangrut dan sekligus dengan hutang yang menunpuk pada Datuk Maringgih.
Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih hutangnya kepadanya. Jlas, tentu saja Baginda Sulaiman tidak mempu membayarnya. Hal ini memang sengaja oelh datuk Maringgih, sebab dia sudah tahu pasti bahwa Baginda Sulaiman tidak mampu membayarnya. Dengan alasan hutang tersebut, Datuk Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Siti Nurbaya, Putri Baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih. Kalau tawaran Datuk Maringgih ini diterima, maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan berat hati, akhirnya Siti Nurbaya diserahkan untuk menadi istri Datuk Maringgih.
Waktu itu Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya sedang menuntut ilmu di Jakarta. Namun begitu, Samsul Bahri tahu bahwa kekasihnya diperistri oleh orang lain. Hal tersebut dia ketahui dari surat yang dikirim oleh Siti Nurbaya kepadanya. Dia sangat terpukul oleh kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam pada Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yangmenimpa keluarganya.
Tidak lama kemudian, ayah Siti Nurbaya jatuh sakit karena derita yangmenimpanya begitu beruntun. Dan, kebetulan itu Samsulbahri sedang berlibur, sehingga dia punya waktu untuk mengunjungi keluarganya di Padang. Di samping kepulangnya kekampung pada waktu liburan karena kangennya pada keluarga, namun sebenarnya dia juga sekaligus hendak mengunjungi Siti Nurbaya yang sangat dia rindukan.
Ketika Samsulbahri dan Siti Nurbaya sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Datuk Maringgih di depan mereka. Datuk Maringgih begitu marah melihat mereka berdua yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih dia pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak-teriak keras hingga terdengar oleh ayahnya di rumah yang sedang sakit keras. Mendengar teriakan anak yang sangat dicinatianya itu, dia berusaha bangun, namun karena dia tidak kuat, ayah Siti Nurbaya kemudian jatuh terjerembab di lantai. Dan rupanya itu juga nyawa Baginda Sulaiman langsung melayang.
Karena kejadian itu, Siti Nurbaya oleh datuk Maringgih diusir, karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya danm tinggal bersama bibinya. Sementara Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya. Siti Nurbaya menyusul kekasihnya ke Jakarta, naumun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut.
Rupanya, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya sberikutnye menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya bahwa dia ke Jakarta telah membawa lari emasnya atau hartanya.
Samsulbahri berusaha keras meolong kekasihnya itu agar pihak pemerintah mengadili Siti Nirbaya di Jakarta saja, bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun usahanya sia-sia, pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang. Namun karena tidak terbukti Siti Nurbaya bersalah akhirnya dia bebas.
Beberapa waktu kemudian. Samsulbahri yang sudah naik pangkat menjadi letnan dikirim oleh pemerintah ke Padang untuk membrantas para pengacau yang ada di daerah padang. Para pengacau itu rupanya salah satunya adalah Datuk Maringgih, maka terjadilah pertempuran sengit antara orang-orang Letnan Mas (gelar Samsulbahri) dengan orang-orang Datuk Maringgih. Letnan Mas berduel dengan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih dihujani peluru oleh Lentan Mas, namun sebelum itu datuk Maringgih telah sempat melukai lentan Mas dengan pedangnya. Datuk Maringgih meninggal ditempat itu juga, sedangkan letan mas dirawat di rumah sakit.
Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang yang sangat melanggar adat istiadat dan memalukan itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia. Namun, sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.